Dikuduskan dan Disempurnakan
Uncategorized
Yesus yang telah mati namun yang juga telah bangkit, menghendaki supaya kita mau menyatu dalam tanda kematian Yesus supaya kita juga mengalami tanda kebangkitan bersama Yesus juga. Menyatu dalam tanda kematian Yesus, bukan berarti kita harus mati secara tubuh jasmani kita dan meninggalkan dunia ini, tetapi seperti yang tertulis dalam Kolose 3:5-6 adalah mematikan segala sesuatu yang duniawi, yang bisa mendatangkan murka Allah, yaitu dosa kita. Jika kita sudah mati terhadap dosa, maka kita juga harus dikuburkan dalam baptisan. Dengan demikian kita dibangkitkan bersama Yesus dan memperoleh jaminan hidup kekal, sesuai yang tertulis dalam Kolose 2:12.
Diingatkan lagi seperti tertulis dalam Kolose 3:1, bahwa orang yang sudah mengalami kebangkitan bersama Yesus, mau mencari dan memikirkan perkara-perkara yang di atas di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Bapa. Untuk mematikan dosa kita, bukan hal yang mudah dilakukan, bahkan mustahil dengan kekuatan dan usaha manusia.
Agar dosa kita diampuni, kita memerlukan korban penghapus dosa. Dahulu, pada zaman Israel, untuk penghapusan dosanya, maka tiap-tiap hari Bangsa Israel membawa korban-korban berupa binatang-binatang untuk dipersembahkan kepada Allah berulang-ulang kali. Namun bagi kita sekarang, cukup satu korban saja, yaitu korban Yesus di kayu salib yang berkuasa menghapus dosa-dosa kita untuk selama-lamanya, seperti tertulis dalam Ibrani 10:11-14. Yesus telah menjadi Anak Domba yang disembelih untuk menghapus dosa dunia. Perhatikan pada ayat 14, bahwa ada dua hal yang dikerjakan Tuhan untuk kita melalui kuasa salib-Nya; yaitu menguduskan dan menyempurnakan kita. Untuk mencapai kesempurnaan, kita harus lebih dulu dikuduskan. Namun kedua-duanya dikerjakan oleh Yesus melalui korban-Nya di kayu salib.
Dalam Ibrani 10:10 dijelaskan bahwa oleh kehendak Allah maka kita telah dikuduskan satu kali untuk selama-lamanya oleh persembahan tubuh Yesus. Bila Tuhan sudah rela mempersembahkan tubuh-Nya untuk kita, seharusnyalah kita juga mau mempersembahkan tubuh kita kepada Tuhan dengan beribadah dan melayani Dia. Tuhan Yesus yang menguduskan kita, dan kita yang dikuduskan-Nya adalah berasal dari satu, yaitu dari Allah Bapa, demikianlah ditulis oleh Ibrani 2:11-12. Karena sama-sama berasal dari satu Bapa, sebagaimana Tuhan Yesus disebut sebagai Anak Allah, maka kita disebut sebagai anak-anak Allah.
Pribadi Tuhan Yesus sebagai Anak Allah adalah sempurna dan kudus. Namun, dalam Filipi 2:6-8 dapat kita baca bahwa Dia rela mengosongkan diri dari ke-Allahan-Nya. Artinya, Dia mengosongkan diri dari kekudusan dan kesempurnaan Allah, dan menjadi sama dengan manusia yang berdosa. Dalam keadaan-Nya ini Yesus rela mati di kayu salib. Coba kita renungkan, seandainya Yesus tidak mengosongkan diri dari ke-Allahan-Nya, tidak mungkin Dia dapat mati disalibkan. Yesus mati benar-benar dalam keadaan-Nya sebagai manusia. Sungguh, suatu pengorbanan yang sangat besar telah Ia kerjakan untuk menguduskan dan menyempurnakan kita. Yesus yang sebenarnya tanpa dosa telah dijadikan dosa, demi menanggung dosa-dosa kita. Supaya oleh kematian-Nya, Yesus yang menanggung dosa manusia, Dia menguduskan diri-Nya lebih dahulu supaya Dia dapat menguduskan kita, sesuai pernyataan-Nya dalam Yohanes 17:19.
Sebagai gambaran kerelaan Yesus mati di kayu salib demi menguduskan kita adalah seperti seseorang yang mau mengambil benda yang terjatuh dalam kolam lumpur dan kotor. Orang tersebut harus turun dan masuk dalam kolam lumpur itu, barulah ia bisa mendapatkan benda yang dicarinya, sehingga mau tidak mau orang tersebut menjadi kotor karena lumpur. Yesus datang ke dunia sebagai Manusia untuk mengangkat kita keluar dari lumpur dosa, walaupun dengan risiko Ia harus kotor terkena lumpur dosa, sehingga Ia harus menguduskan diri-Nya lebih dulu, untuk kemudian bisa menguduskan kita. Dikuduskan juga memiliki pengertian dipisahkan dari dunia dan dosa untuk menjadi milik Kristus. Jika dengan gambaran tadi, berarti diangkat dan dipisahkan dari dalam lumpur untuk dibersihkan dan ditempatkan di tempat yang bersih. Tuhan mau menguduskan kita dan menjadikan kita menjadi milik-Nya.
Bukan berhenti pada menguduskan, Tuhan melanjutkan karya-Nya dengan Dia menyempurnakan kita. Dalam Ibrani 7:18-20 dituliskan tentang pada mulanya, Allah memberikan Hukum Taurat kepada Bangsa Israel. Namun Hukum Taurat tersebut tidak dapat menyempurnakan. Walaupun demikian, Hukum Taurat tetap harus digenapi. Untuk itu dalam Matius 5:17-20 dikatakan bahwa Tuhan Yesus datang untuk menggenapi Hukum Taurat. Sebab tidak ada seorang pun yang bisa melakukan seluruh Hukum Taurat.
Dalam Ibrani 7:27-28 tertulis bahwa dalam peraturan Hukum Taurat, setiap hari imam-imam besar harus mempersembahkan korban penghapus dosa, lebih dahulu untuk dosanya sendiri, barulah untuk dosa umat. Sedangkan, korban penghapusan dosa yang dikerjakan Yesus adalah berupa persembahan tubuh-Nya sendiri, satu kali untuk selama-lamanya. Korban tubuh Yesus yang dikerjakan-Nya di kayu salib adalah wujud bahwa Ia menggenapi Hukum Taurat.
Jadi, bila melalui Hukum Taurat diharapkan bisa menyempurnakan umat Tuhan, ternyata tidak bisa dilakukan, seperti tertulis dalam Galatia 2:16, maka Yesus telah datang dan rela menjadi korban di kayu salib. Dijelaskan dalam Galatia 3:11-13, melaui iman pada Tuhan Yesus kita dibenarkan dan layak untuk hidup. Melalui iman pada Yesus kita telah dibebaskan dari kutuk Hukum Taurat. Kita tidak lagi hidup seperti pada saat belum menerima dan percaya Yesus yang berada di bawah bayang-bayang kutuk Hukum Taurat. Puji dan syukur selayaknya kita naikkan bagi Yesus, yang telah menanggung kutuk Hukum Taurat menggantikan kita di kayu salib. Seperti ada tertulis "Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!” Sekarang, di dalam Yesus kita bebas dari bayang-bayang kutuk dan hidup dalam kuasa Firman yang sanggup membawa kita mencapai kesempurnaan.
Dengan Yesus rela menanggung kutuk, ini adalah cara Tuhan menyempurnakan diri-Nya lebih dahulu sebelum menyempurnakan kita. Maka tepatlah bila dikatakan: "Sebab oleh satu korban saja, Ia telah menyempurnakan untuk selama-lamanya mereka yang Ia kuduskan.” Inilah kebesaran korban salib Yesus, di mana Ia telah menanggung dosa-dosa kita sehingga kita dikuduskan dan Ia telah menanggung kutuk kita sehingga kita disempurnakan dan layak menjadi mempelai perempuan Tuhan, masuk kota Yerusalem baru. Amin!