Pelita Harus Tetap Menyala
Uncategorized
Ada sebuah perumpamaan dalam Matius 25:1-13, di mana ada sepuluh gadis yang membawa pelita menantikan kedatangan mempelai pria. Lima di antaranya bijaksana dan lima gadis lagi bodoh. Disebut bijaksana karena selain pelitanya menyala mereka juga membawa cadangan minyak dalam buli-buli mereka, sedangkan yang bodoh adalah karena mereka merasa cukup dengan pelita menyala dan tidak membawa cadangan minyak.
Kesepuluh gadis itu, baik yang bijaksana maupun yang bodoh, tertidur. Karena memang hari telah malam dan wajar pada waktu malam adalah saat orang tidur. Namun pada siang hari adalah saatnya kita bekerja. Siang hari mempunyai arti masih ada kesempatan. Yohanes 9:4 mengatakan, "Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang; akan datang malam, di mana tidak ada seorang pun yang dapat bekerja.” Selagi hari masih siang, itu kesempatan bagi kita untuk bekerja, mempersiapkan pelita agar dapat menyala dengan baik pada waktu malam, bahkan saatnya mempersiapkan minyak untuk cadangan.
Pelita menurut Mazmur 119:105 adalah Firman Tuhan; "Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku.” Juga dalam Amsal 6:23 lebih jelas lagi; "Karena perintah itu pelita, dan ajaran itu cahaya, dan teguran yang mendidik itu jalan kehidupan.” Banyak orang Kristen memiliki pelita atau Firman, namun apa gunanya kita membawa pelita jika pelita itu tidak menyala, tidak bercahaya? Tentunya pelita akan dapat menyala atau dapat bercahaya karena adanya minyak. Minyak mempunyai pengertian suatu ajaran atau pengajaran yang mengandung teguran yang mendidik. Teguran inilah yang banyak tidak disukai orang, jika kita baca dalam 2 Timotius 4:2-4 mereka justru lebih suka terhadap dongeng; "Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran. Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng.”
Pelita kita harus tetap menyala sampai fajar menyingsing. Surat 2 Petrus 1:19 menyebutkan: "Dengan demikian kami makin diteguhkan oleh firman yang telah disampaikan oleh para nabi. Alangkah baiknya kalau kamu memperhatikannya sama seperti memperhatikan pelita yang bercahaya di tempat yang gelap sampai fajar menyingsing dan bintang timur terbit bersinar di dalam hatimu.” Lima gadis yang bodoh tadi, memang mereka membawa pelita yang menyala tetapi nyalanya bertahan hanya sampai tengah malam, dan pada saat mempelai pria datang pelitanya padam karena kehabisan minyak.
Agar pelita itu tetap menyala sampai fajar, harus ada cadangan minyak. Cadangan minyak menunjuk pada Firman yang dibuka rahasianya. Ini merupakan kekayaan dan itu tidak akan habis sehingga dapat bertahan bagaikan pelita yang menyala terus sampai fajar. Dituliskan dalam Kolose 1:25-28, "Aku telah menjadi pelayan jemaat itu sesuai dengan tugas yang dipercayakan Allah kepadaku untuk meneruskan firman-Nya dengan sepenuhnya kepada kamu, yaitu rahasia yang tersembunyi dari abad ke abad dan dari turunan ke turunan, tetapi yang sekarang dinyatakan kepada orang-orang kudus-Nya. Kepada mereka Allah mau memberitahukan, betapa kaya dan mulianya rahasia itu di antara bangsa-bangsa lain, yaitu: Kristus ada di tengah-tengah kamu, Kristus yang adalah pengharapan akan kemuliaan! Dialah yang kami beritakan, apabila tiap-tiap orang kami nasihati dan tiap-tiap orang kami ajari dalam segala hikmat, untuk memimpin tiap-tiap orang kepada kesempurnaan dalam Kristus.” Juga dalam Kolose 2:2-3, "supaya hati mereka terhibur dan mereka bersatu dalam kasih, sehingga mereka memperoleh segala kekayaan dan keyakinan pengertian, dan mengenal rahasia Allah, yaitu Kristus, sebab di dalam Dialah tersembunyi segala harta hikmat dan pengetahuan.”
Pada saat lima gadis yang bodoh pelitanya hampir padam, mereka meminta minyak kepada lima gadis yang bijaksana. Gadis-gadis yang pandai itu mengatakan agar mereka membeli minyak, karena gadis-gadis yang bijaksana itupun tentu harus membeli cadangan minyak mereka. Bagi kita, untuk mendapatkan Firman harus membeli, bukan dengan uang, tetapi membeli dengan segala pengorbanan kita, baik waktu, tenaga, mengabaikan perkara-perkara duniawi demi mendapat Firman, bahkan harus beribadah. Inilah merupakan membeli atau membayar harganya untuk mendapatkan Firman. Disebutkan dalam Amsal 23:23, "Belilah kebenaran dan jangan menjualnya; demikian juga dengan hikmat, didikan dan pengertian.”
Jika sekarang kita tidak mau "membeli” Firman, tidak mau membayar harga untuk mendapatkan Firman maka nanti akan terlambat jika pada saat Mempelai Pria datang baru akan membeli minyak, baru akan mencari Firman. Padahal dinubuatkan oleh nabi Amos, akan terjadi kelaparan akan Firman, dan sekalipun orang mencari namun tidak akan mendapatkannya.