Allah itu Setia
Uncategorized
Segala puji dan syukur hanya layak dipersembahkan bagi Allah Bapa dalam Tuhan Yesus Kristus, Kepala Gereja. Sebab oleh kasih dan kemurahan-Nya, Ia telah mengorbankan Yesus, Putra tunggal-Nya di kayu salib untuk menguduskan dan menyempurnakan kita. Tanpa korban Yesus di kayu salib, tidak mungkin kita bisa menjadi kudus dan sempurna. Sebab di kayu saliblah, Yesus yang kudus dan sempurna telah rela mengosongkan diri-Nya dari kekudusan dan kesempurnaan menggantikan kita. Dengan demikian melalui pengorbanan-Nya, kita menerima damai sejahtera seperti tertulis dalam 1 Tesalonika 5:23-24.
Allah yang telah memanggil kita untuk datang kepada Yesus adalah Allah yang setia. Dalam 2 Timotius 2:13 bisa kita lihat kesetiaan Allah itu terbukti dengan Dia tetap setia di saat kita tidak setia. Seringkali kita tidak setia kepada Allah, namun Allah tetap setia kepada kita. Jika Allah sudah sedemikian setia untuk kita, lantas bagaimanakah diri kita? Seharusnyalah kita pun mau setia kepada Allah. Bahkan dalam Wahyu 2:10 dituliskan bahwa setia itu sampai mati. Pengertian "setia sampai mati” di sini bukan berarti kita benar-benar akan mati, tetapi menekankan untuk kita mau setia kepada Tuhan dengan tidak menyayangkan nyawa. Sebab menurut Yohanes 12:25, barangsiapa mencintai nyawanya, justru akan kehilangan nyawanya. Sebaliknya, yang tidak menyayangkan nyawa untuk setia dan mengasihi Tuhan, malah akan memelihara nyawanya untuk hidup yang kekal.
Dalam Filipi 2:8 dapat kita baca, bahwa Yesus dalam keadaan-Nya sebagai Manusia, telah merendahkan diri bahkan taat atau setia sampai mati untuk kita. Yesus telah memberikan teladan bagi kita dalam hal kesetiaan. Hendaknya kita juga mau setia kepada Tuhan bahkan dengan mempertaruhkan nyawa.
Wahyu 1:4-5 menjelaskan kepada kita bahwa Yesus, Dia "yang ada, yang sudah ada dan yang akan ada” memberikan kasih karunia dan damai sejahtera bagi kita. Tuhan Yesus adalah pribadi yang setia. Seperti disebutkan tadi, kesetian-Nya terbukti dengan Dia rela disalib, mati dan bangkit untuk melepaskan kita dari segala dosa. Bisa kita bayangkan apabila Tuhan Yesus tidak setia, lalu Dia tidak mau menjalani penderitaan bahkan kematian di kayu salib, bagaimana jadinya hidup kita yang penuh dosa ini? Sudah pasti tidak akan ada damai sejahtera serta berakhir dalam kebinasaan.
Dalam 1 Korintus 10:13 disebutkan di saat kita menghadapi berbagai pencobaan, mungkin terasa sangat berat untuk ditanggung, tapi sebenarnya itu hanyalah pencobaan-pencobaan biasa yang tidak melebihi kekuatan kita. Allah itu setia, akan memberi jalan keluar dari segala pencobaan-pencobaan tersebut sehingga kita dapat menanggungnya. Bahkan, dalam menjalani pencobaan-pencobaan itu, Allah memberikan damai sejahtera-Nya dalam hati kita.
Bila kita sudah mengalami dan merasakan kasih dan kesetiaan Allah, selayaknyalah jika kita juga setia mengasihi Allah. Ulangan 7:9-11 menjelaskan bahwa dengan kita mengasihi Allah serta berpegang pada Firman-Nya dan melakukan, ini adalah bukti kasih dan kesetiaan kita kepada Tuhan. Tetapi bagi yang orang tidak mengasihi Allah, pasti akan mendapat balasan serta kebinasaan!
Kasih dan kesetiaan yang paling dalam adalah dalam hubungan antara suami dan istri. Kita juga akan dapat mengasihi dan setia pada Tuhan dengan sungguh jika kita mengenal Dia adalah Suami bagi gereja-Nya. Seorang istri harus setia juga tunduk atau menurut kepada suaminya. Dalam Ulangan 7:12-15 dituliskan, jika kita setia dan melakukan perintah-Nya, maka Tuhan akan memberikan berkatnya dengan berlimpah-limpah. Dia pasti menepati janji-Nya! Allah memberkati ekonomi kita, "hasil bumimu, gandum dan anggur serta minyakmu, anak lembu sapimu dan anak kambing dombamu”. Ini artinya ada berkat "keberhasilan” dalam segala usaha kita. Selanjutnya berkat dalam nikah, diberkati bisa mendapatkan keturunan, tidak mandul. Ini merupakan berkat "kebahagiaan” dalam nikah dan keluarga kita. Berikutnya, berkat dijauhkan dari segala sakit penyakit yang ada di dunia ini. Ini merupakan berkat "kesehatan”. Jadi, ada berkat keberhasilan, kebahagiaan dan kesehatan dalam damai sejahtera Tuhan. Oleh sebab itu marilah kita mau setia dan mengasihi Tuhan dengan mau melakukan setiap Firman Tuhan. Sehingga janji tentang kelimpahan berkat ini sungguh-sunguh menjadi nyata dalam kehidupan bahkan nikah dan keluarga kita. Haleluya!