Pelajaran Tentang Pohon Ara
Uncategorized
Kita sadari atau tidak, sebenarnya waktu yang kita miliki menjelang kedatangan Yesus kembali adalah sedikit bahkan sangat sedikit lagi, seperti terdapat dalam Ibrani 10:36-39. Sekaranglah saatnya kita, gereja Tuhan harus mempersiapkan diri. Bukan hanya secara jasmani, tetapi kita harus mempersiapkan diri dalam hal yang rohani.
Matius 24:31-33 dan 36 memberikan suatu pelajaran tentang kedatangan Yesus kembali. "… Tariklah pelajaran dari perumpamaan tentang pohon ara: Apabila ranting-rantingnya melembut dan mulai bertunas, kamu tahu, bahwa musim panas sudah dekat. Demikian juga, jika kamu melihat semua ini, ketahuilah, bahwa waktunya sudah dekat, sudah di ambang pintu …”. Tentang pohon ara, Yesus merupakan pokok pohon ara dan gereja Tuhan merupakan ranting-rantingnya. Dikatakan pada ayat tadi, "… ranting-rantingnya melembut …”, ini artinya dalam menantikan kedatangan Yesus, kehidupan kita sebagai gereja Tuhan harus lembut bukan hidup penuh kekerasan dan rusak seperti pada zaman Nuh dalam Kejadian 6:11-12. Bahkan Yakobus 1:21 mengajarkan, "Sebab itu buanglah segala sesuatu yang kotor dan kejahatan yang begitu banyak itu dan terimalah dengan lemah lembut Firman yang tertanam di dalam hatimu, yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.”
Firman yang kita terima itu berkuasa mengubahkan kehidupan kita menjadi hidup yang ramah, penuh kasih mesra dan saling mengampuni. Efesus 4:31-32 mengajarkan, buanglah segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah bahkan segala kejahatan. Dengan demikian akan tergalang kasih persaudaraan di antara kita.
Dalam pelajaran tentang pohon ara tadi, bukan hanya tentang ranting-ranting yang melembut tetapi harus kita perhatikan juga jika ranting-rantingnya mulai bertunas. Ranting yang bertunas memberikan pengertian suatu kehidupan yang baru. Surat 1 Petrus 1:23 mengatakan, kita dilahirkan kembali bukan dari benih yang fana tetapi dari benih yang tidak fana, oleh Firman Allah yang hidup dan yang kekal. Kolose 3:9-10 juga mengatakan kita harus menanggalkan manusia lama serta kelakuannya, dan mengenakan manusia yang baru dan yang terus-menerus diperbaharui.
Selanjutnya dari pelajaran tentang pohon ara tadi adalah tanda bahwa musim panas sudah dekat. Ini memberikan pengertian bahwa kerohanian kita jangan menjadi dingin tapi harus panas. Rohani yang menjadi dingin mengakibatkan kasih pun menjadi dingin seperti tertulis dalam Matius 24:12. Jika kasih menjadi dingin akan menyebabkan semangat beribadah pun menurun bahkan tidak ada lagi. Kerohanian menjadi dingin ini menurut Wahyu 2:4 adalah disebabkan karena meninggalkan kasih mula-mula. Kasih mula-mula adalah kasih mempelai, kasih pada suami yang pertama seperti tertulis pada Hosea 2:6. Padahal Kidung Agung 8:6-7 menuliskan, jika kita memiliki kasih mempelai, maka kita akan penuh gairah, nyalanya seperti nyala api Tuhan, rohani kita menjadi panas.
Jadi kesimpulan yang dapat kita ambil adalah, dalam menantikan kedatangan Yesus kembali, pertama kita tidak hidup dalam kekerasan tapi penuh kelemahlembutan sehingga tergalang kasih persaudaraan. Kedua, mengalami kelahiran baru oleh benih Firman – menanggalkan manusia lama dan mengenakan manusia baru. Ketiga, rohani kita jangan menjadi dingin tetapi harus penuh kasih yang menyala seperti api.