Kasih Karunia Allah
Uncategorized
"Upah!” Satu kata ini merupakan alasan mengapa manusia bekerja siang-malam tak kenal lelah. Demi mendapat upah yang besar agar hidupnya senang di bumi ini maka manusia giat bekerja. Bekerja dan upah yang dimaksud dalam hal ini adalah yang bersifat jasmani. Sedangkan menurut Roma 6:23 ada juga upah, yaitu maut bagi semua orang yang berbuat dosa. Berarti menunjuk kepada hal yang rohani.
Setiap perbuatan manusia di dunia, baik atau jahat, pasti ada upahnya. Wahyu 22:12 menulis, upah dalam hal rohani akan dibawa oleh Tuhan Yesus kelak saat Ia datang kembali. Tentang kedatangan Tuhan kembali ini, kita perlu mendapatkan pencelikan mata rohani untuk melihat bahwa Tuhan segera datang kembali. Sebab 2 Petrus 3:9 menuliskan bahwa Tuhan tidak lalai menepati janji kedatangan-Nya; bahkan Ibrani 10: 37-39 mengatakan bahwa waktu kedatangan Tuhan ini akan dipersingkat, Tuhan tidak akan menangguhkan kedatangan-Nya.
Saat ini selagi masih ada kesempatan, haruslah dipergunakan sebaik-baiknya, untuk berbalik dan bertobat supaya siap menyambut kedatangan Tuhan yang kedua kali. Pada saat itu, kehidupan yang tidak mengundurkan diri dari iman kepada Tuhan Yesus dan tetap mengasihi Dia sebagai Mempelai Pria Sorga pasti menerima upah berupa hidup yang kekal. Upah yang baik ini diberikan kepada orang-orang yang tentunya berbuat baik.
Ibrani 11:6 menuliskan bahwa yang berkenan kepada Allah, bila kita percaya "Allah itu ada”. Sesuai nama Allah sendiri: AKU ADALAH AKU; juga pribadi-Nya sebagai Alfa dan Omega, yang sudah ada, yang ada dan yang akan datang. Bila kita percaya bahwa Allah ada dan mau mencari Dia dengan sungguh-sungguh, dengan siap menanggung segala risiko, yaitu mau datang beribadah dan menerima Firman serta mengambil bagian dalam pelayanan, maka kepada kita diperhitungkan sebagai perbuatan baik yang layak menerima upah yang baik pula. Dengan demikian berlakulah Roma 6:23 yang menyebutkan bahwa upah dosa adalah maut, tetapi karunia Allah adalah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan Kita. Jadi, bila dosa membawa pada maut, tapi kasih karunia Allah diberikan untuk melepaskan kita dari maut.
Dituliskan dalam Roma 5:20-21 bahwa oleh adanya Hukum Taurat, maka pelanggaran dan dosa pun semakin bertambah. Sebab oleh Hukum Taurat manusia mengenal dosa. Contohnya dalam Roma 7:7, dikatakan bahwa kita bisa mengenal adanya dosa "ingin”, sebab dalam Hukum Taurat ada perintah "jangan ingin”, dan sebagainya. Demikianlah, semakin banyak larangan dan peraturan dibuat, semakin banyak juga pelanggaran dilakukan, sehingga mengakibatkan dosa semakin bertambah-tambah. Akan tetapi puji syukur untuk kasih karunia Allah yang mengatakan bila dosa bertambah banyak, kasih karunia Allah menjadi berlimpah-limpah.
Bila tadi diperlihatkan tentang kasih karunia Allah yang berwujud "memperoleh hidup kekal”, 1 Petrus 2:19 memperkenalkan kepada kita wujud lain dari kasih karunia Allah, yakni berupa "atas kehendak Allah menanggung penderitaan yang tidak harus ditanggung.” Dijelaskan pada ayat 20 bahwa apabila seseorang menderita karena berbuat dosa, itu adalah upah dari perbuatan dosanya. Tetapi jika karena berbuat baik harus menderita, inilah kasih karunia dari Allah. Di balik penderitaan itu sudah tersedia upah berupa hidup kekal. Berdasarkan Firman ini, jika di dalam kehidupan sekarang kita merasakan banyak penderitaan padahal kita setia beribadah pada Tuhan dan menjauhi perbuatan-perbuatan jahat, itu bukan dikarenakan Allah membenci kita, justru kita seharusnya berbahagia sebab Allah melimpahkan kasih karunia-Nya kepada kita.
Contoh yang mengalami penderitaan luar biasa di dalam hidupnya, walaupun hidupnya saleh, takut akan Tuhan dan benar, tetapi menanggung penderitaan yang tidak harus ditanggung adalah Ayub. Dalam penderitaan Ayub tetap setia dan takut akan Tuhan. Ayub menjadi teladan bagi kita untuk bertahan saat dalam penderitaan. Tidak menghujat Tuhan ataupun bersungut-sungut, melainkan tetap memuji Tuhan. Maka kita melihat pada akhirnya keadaan Ayub dipulihkan dan segalanya dikembalikan dua kali lipat baginya. Inilah kasih karunia Allah melalui penderitaan yang tidak seharusnya ia tanggung. Di balik penderitaan sudah tersedia berkat dan sukacita besar. Bagi kita, puncak sukacita dan berkat itu adalah saat kita menjadi Mempelai Tuhan.
Lalu, mengapa Allah memberikan kasih karunia melewati penderitaan? 1 Petrus 2:21 menjawab bahwa karena Kristus juga sudah menderita bagi kita, maka kita pun harus mau mengikuti teladan Kristus, yaitu dengan siap untuk menderita karena Kristus. Pribadi Tuhan Yesus rela menderita untuk kita, padahal pada Dia tidak ada dosa atau kesalahan yang setimpal dengan penderitaan-Nya di kayu salib. Ini berarti Tuhan Yesus juga menanggung penderitaan yang seharusnya tidak Ia tanggung. Tuhan Yesus rela menderita di kayu salib karena Ia menggantikan kita menerima upah dosa. Tuhan Yesus menghendaki kita yang sebenarnya harus mati karena dosa-dosa kita bisa hidup untuk kebenaran. Bahkan disebutkan, oleh bilur-bilur-Nya segala penyakit kita disembuhkan. Bukan hanya penyakit secara jasmani, tetapi yang terutama disembuhkan dari penyakit dosa yang digambarkan bagai luka mulai dari kepala sampai ujung kaki.
Pada 1 Petrus 2:25 dituliskan bahwa dahulu, waktu kita hidup dalam dosa, kita menjadi bagai domba-domba yang sesat. Tetapi sekarang, setelah korban Kristus menebus dosa kita dari dosa, maka kita menjadi domba-domba yang digembalakan oleh Allah, yang memperoleh pemeliharaan jiwa sampai puncaknya masuk hidup kekal di Yerusalem baru.
Kesimpulannya, bila kita mau sungguh-sungguh mencari Tuhan melalui beribadah dan menerima Firman, maka pasti kita akan menerima upah yang baik, itulah kasih karunia Allah yang membawa kita masuk hidup kekal di Yerusalem Baru, sebagai mempelai perempuan Tuhan. Oh, betapa bahagianya. Haleluya!