PAPMA "KASIH"
Perkumpulan Pengajaran Mempelai Alkitabiah "Kasih"
Register    
slide1
slide2
slide3

Apr
7

Janganlah Gelisah

Janganlah Gelisah
Uncategorized
"Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku. Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamu pun berada.” Yohanes 14:1-3

Selama hidup dalam dunia ini, banyak hal yang dapat membuat kita gelisah. Namun Firman Tuhan sudah memberikan jalan keluar dari segala kegelisahan kita. Percayalah kepada Allah dan percayalah kepada Yesus, maka kita tidak akan gelisah lagi. Terlebih lagi Yesus sudah kembali ke sorga untuk menyediakan tempat bagi kita.

Murid-murid Yesus pun mengalami kegelisahan. Penyebab kegelisahan mereka dapat kita baca dalam Yohanes 13:26-27, "Jawab Yesus: "Dialah itu, yang kepadanya Aku akan memberikan roti, sesudah Aku mencelupkannya." Sesudah berkata demikian Ia mengambil roti, mencelupkannya dan memberikannya kepada Yudas, anak Simon Iskariot. Dan sesudah Yudas menerima roti itu, ia kerasukan Iblis. Maka Yesus berkata kepadanya: "Apa yang hendak kauperbuat, perbuatlah dengan segera." Yudah Iskariot sebagai murid Yesus, namun dia juga sudah memberi kesempatan kepada iblis, yang akhirnya dia mengkhianati Yesus. Selain itu, Petrus sebagai murid yang menonjol juga akhirnya menyangkal Yesus. Ditambah lagi Yesus berkata bahwa Dia akan pergi dan murid-murid-Nya tidak dapat mengikutinya.

Ayub juga mengatakan bahwa manusia itu singkat umurnya dan hidup penuh kegelisahan, hidup tidak mendapat ketenangan dan ketenteraman sehingga tidak dapat istirahat dengan baik, hanyalah kegelisahan yang dirasakan. Ayub 14:1 menulis, "Manusia yang lahir dari perempuan, singkat umurnya dan penuh kegelisahan. Juga Ayub 3:26 mengatakan, "Aku tidak mendapat ketenangan dan ketenteraman; aku tidak mendapat istirahat, tetapi kegelisahanlah yang timbul." Manusia hidup pasti ada pergumulan dan hari-harinya bagaikan orang upahan, sebagaimana juga pengalaman hidup Ayub dalam Ayub 7:1-4, "Bukankah manusia harus bergumul di bumi, dan hari-harinya seperti hari-hari orang upahan? Seperti kepada seorang budak yang merindukan naungan, seperti kepada orang upahan yang menanti-nantikan upahnya, demikianlah dibagikan kepadaku bulan-bulan yang sia-sia, dan ditentukan kepadaku malam-malam penuh kesusahan. Bila aku pergi tidur, maka pikirku: Bilakah aku akan bangun? Tetapi malam merentang panjang, dan aku dicekam oleh gelisah sampai dinihari.”

Kegelisahan juga pernah dialami oleh Daud. Dia gelisah karena kengerian maut, merasa takut dan gentar bahkan perasaan seram meliputinya. Mazmur 55:5-8, "Hatiku gelisah, kengerian maut telah menimpa aku. Aku dirundung takut dan gentar, perasaan seram meliputi aku. Pikirku: "Sekiranya aku diberi sayap seperti merpati, aku akan terbang dan mencari tempat yang tenang, bahkan aku akan lari jauh-jauh dan bermalam di padang gurun.”

Sekalipun banyak hal yang dapat membuat kita gelisah, namun Firman Tuhan berkata, jangan kita gelisah, jangan kita merasa tertekan. Kita harus berharap kepada Allah yang menjadi penolong kita sehingga kita tidak menjadi gelisah lagi, sebaliknya kita akan dapat bersyukur pada Allah. Mazmur 42:6 menuliskan, "Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku akan bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku!” Senada dengan ayat ini, juga ditulis dalam Mazmur 42:12 dan 43:5.

Yesus tidak pernah membiarkan kita seorang diri. Dia memberikan damai sejahtera bagi kita. Damai sejahtera yang Dia berikan tidak seperti damai sejahtera dari dunia ini, sebagaimana ditulis dalam Yohanes 14:27, "Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu.”

Ada sebuah pesta perkawinan di Kana, di mana mereka kehabisan anggur. Tentunya hal ini menyebabkan mereka gelisah. Hal ini juga seringkali terjadi dalam pernikahan sekarang, pada saat dalam nikah sudah kehabisan anggur sehingga yang ada hanyalah kegelisahan. Tetapi untung saja dalam perkawinan di Kana tadi, mereka juga mengundang Yesus dalam pernikahan mereka. Hanya Yesus yang sanggup mengubah air menjadi anggur manakala anggur sudah habis. Kita harus mengundang dan memberi tempat Yesus sebagai Kepala dalam nikah kita. Hanya Dia yang sanggup melenyapkan segala kegelisahan dalam nikah dan keluarga kita. Kisah perkawinan di Kana ini dapat kita baca dalam Yohanes 2:1-11, "Pada hari ketiga ada perkawinan di Kana yang di Galilea, dan ibu Yesus ada di situ; Yesus dan murid-murid-Nya diundang juga ke perkawinan itu. Ketika mereka kekurangan anggur, ibu Yesus berkata kepada-Nya: "Mereka kehabisan anggur." Kata Yesus kepadanya: "Mau apakah engkau dari pada-Ku, ibu? Saat-Ku belum tiba." Tetapi ibu Yesus berkata kepada pelayan-pelayan: "Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu!" Di situ ada enam tempayan yang disediakan untuk pembasuhan menurut adat orang Yahudi, masing-masing isinya dua tiga buyung. Yesus berkata kepada pelayan-pelayan itu: "Isilah tempayan-tempayan itu penuh dengan air." Dan mereka pun mengisinya sampai penuh. Lalu kata Yesus kepada mereka: "Sekarang cedoklah dan bawalah kepada pemimpin pesta." Lalu mereka pun membawanya. Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu -- dan ia tidak tahu dari mana datangnya, tetapi pelayan-pelayan, yang mencedok air itu, mengetahuinya -- ia memanggil mempelai laki-laki, dan berkata kepadanya: "Setiap orang menghidangkan anggur yang baik dahulu dan sesudah orang puas minum, barulah yang kurang baik; akan tetapi engkau menyimpan anggur yang baik sampai sekarang." Hal itu dibuat Yesus di Kana yang di Galilea, sebagai yang pertama dari tanda-tanda-Nya dan dengan itu Ia telah menyatakan kemuliaan-Nya, dan murid-murid-Nya percaya kepada-Nya.”

Cara yang digunakan Yesus adalah menyuruh pelayan-pelayan mengisi tempayan dengan air. Ini memberikan pengertian bahwa hidup kita harus diisi dengan air. Air yang dimaksud adalah air kehidupan sebagaimana Wahyu 22:17 mengatakan, "Roh dan pengantin perempuan itu berkata: "Marilah!" Dan barangsiapa yang mendengarnya, hendaklah ia berkata: "Marilah!" Dan barangsiapa yang haus, hendaklah ia datang, dan barangsiapa yang mau, hendaklah ia mengambil air kehidupan dengan cuma-cuma!” Bagi kita sekarang air kehidupan itu berupa Firman yang akan menyucikan kehidupan kita. Sebagaimana Efesus 5:26 mengatakan, "untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman” Firman itu harus penuh dalam nikah dan keluarga kita, dalam kehidupan kita secara pribadi, sehingga kita akan mengalami mujizat. Segala kegelisahan kita akan diubah Tuhan menjadi damai sejahtera. Haleluya!




Post a comment