Hamba yang Setia
Uncategorized
Ada suatu kebahagiaan bagi seorang hamba, bila pada saat tuannya datang, dia didapati siap sedia dan melakukan tugasnya sebagaimana tertulis dalam Matius 24:45-46. Namun sebagai hamba haruslah kita menjadi hamba yang baik. Roma 6:17-18, 22 menulis, dahulu kita adalah hamba dosa namun sekarang kita telah dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba kebenaran, menjadi hamba Allah. Janganlah kita menjadi hamba yang jahat tetapi kita menjadi hamba kebenaran.
Sebagaimana dapat kita baca dalam Ibrani 3:1-6, kita sudah mendapat bagian dalam panggilan sorgawi, pandanglah kepada Rasul dan Imam Besar yang kita akui, yaitu Yesus. Sebagai Rasul menunjuk Yesus sebagai pelayan dalam Perjanjian Baru, sedangkan sebagai Imam Besar menunjuk Yesus sebagai pelayan dalam Perjanjian Lama. Yesus memberikan teladan, Dia setia kepada Allah yang memerintahkan-Nya sekalipun itu bukan hal yang mudah. Dia harus meninggalkan sorga dan menjadi pelayan yang rela sampai mati di kayu salib. Juga dicontohkan pribadi Musa yang setia di dalam rumah Allah.
Yesus setia sebagai Anak yang mengepalai rumah-Nya; dan rumah-Nya ialah kita, jika kita sampai kepada akhirnya teguh berpegang pada kepercayaan dan pengharapan yang kita megahkan. Ini artinya Yesus adalah Kepala bagi kita. Dia adalah Kepala yang membela dan memelihara rumah-Nya. Hal ini sesuai dengan Efesus 1:22 yang mengatakan, Kristus telah diberikan kepada jemaat sebagai Kepala dari segala yang ada. Tapi yang perlu kita perhatikan, jika kita mau Yesus sebagai Kepala bagi kita, maka kita harus setia pada kepercayaan dan pengharapan kita sampai pada akhirnya. Jika tidak, maka tidaklah mungkin Yesus menjadi Kepala di dalam hidup kita.
Ibrani 10:35-39 mengatakan, "Sebab itu janganlah kamu melepaskan kepercayaanmu, karena besar upah yang menantinya. Sebab kamu memerlukan ketekunan, supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah, kamu memperoleh apa yang dijanjikan itu. "Sebab sedikit, bahkan sangat sedikit waktu lagi, dan Ia yang akan datang, sudah akan ada, tanpa menangguhkan kedatangan-Nya. Tetapi orang-Ku yang benar akan hidup oleh iman, dan apabila ia mengundurkan diri, maka Aku tidak berkenan kepadanya." Tetapi kita bukanlah orang-orang yang mengundurkan diri dan binasa, tetapi orang-orang yang percaya dan yang beroleh hidup.” Firman Tuhan ini sangat meneguhkan kita, janganlah kita mengundurkan diri dan binasa, tetapi kita harus tekun dan tetap setia sehingga pada akhirnya kita mendapatkan hidup kekal.
Jika tadi dikatakan kita harus setia pada kepercayaan dan pengharapan kita sampai pada akhirnya, yang dimaksud "kepercayaan” menurut Roma 10:16-17 adalah kita harus percaya kepada Firman Allah yang diberitakan. "Pengharapan” menurut Roma 5:5 dan 8:24-28 adalah karya Roh Kudus yang membantu kita dalam kelemahan kita dan mengangkat doa kita ke hadirat Allah sehingga kita tidak berputus asa tetapi mempunyai pengharapan. Kita tidak berputus asa karena kita tahu Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi kita yang mengasihi Dia.
Selain Yesus, dicontohkan juga Musa yang setia dalam rumah Allah. Ini artinya jika kita mau menjadi hamba yang setia, kita harus setia dalam ibadah kita. Jika kita setia dalam rumah Allah, setia dalam ibadah kita, Kejadian 28:16-17 mengatakan rumah Allah adalah pintu gerbang sorga. Pengertian yang lebih dalam lagi menurut Yohanes 10:9-10, Yesus adalah pintu. Jadi jika kita mau masuk sorga, kita harus setia dalam rumah Allah, karena dalam rumah Allah ada Yesus yang merupakan pintu kepada hidup. Kita yang masuk melalui-Nya akan menemukan padang rumput, suatu kelimpahan berkat.