PAPMA "KASIH"
Perkumpulan Pengajaran Mempelai Alkitabiah "Kasih"
Register    
slide1
slide2
slide3

Jul
12

Kelahiran Baru dan Air Kehidupan

Kelahiran Baru dan Air Kehidupan
Uncategorized
Manusia dalam dunia ini sangat mendambakan kepuasan. Berbagai cara ditempuh demi mendapatkan kepuasan, bahkan berusaha mendapatnya dengan hidup dalam dosa dan hawa nafsu daging. Hanya saja sayang sekali sekalipun mendapatnya, namun kepuasan dari dunia ini hanya bersifat sementara. Segera setelah meminum air kepuasan dari dunia ini merasa haus lagi.

Pernahkah Anda mendengar tentang "sumur Yakub”? Sumur ini demikian menarik sehingga banyak orang datang untuk menimba air dari dalamnya. Salah satunya adalah perempuan Samaria dalam kisah di Yohanes 4. Pada saat perempuan Samaria ini datang menimba air di sumur Yakub, bertemulah dia dengan Tuhan Yesus. Hingga kemudian Tuhan menawarkan "air hidup” kepadanya.

Air kehidupan yang ditawarkan Yesus tentu sangat berbeda dengan air dari sumur Yakub. Dalam Yohanes 4:13 dikatakan jika perempuan ini minum air dari sumur Yakub, dia akan haus lagi dan tidak mendapat kepuasan. Tetapi jika perempuan Samaria ini minum air kehidupan dari Tuhan, Yohanes 4:14 mengatakan bahwa dijamin dia tidak akan haus lagi sampai selama-lamanya. Bahkan ada pengharapan untuk mendapatkan hidup yang kekal. Yohanes 4:10 mengatakan ini merupakan kasih karunia Tuhan bagi perempuan ini bahkan bagi kita juga yang mau menerima air kehidupan.  

Bagi kita sekarang, "menimba air di sumur Yakub” dan "mengambil air kehidupan” mempunyai pengertian yang rohani. Menimba air di sumur Yakub dapat diartikan sebagai ibadah yang dilakukan hanya karena keturunan. Banyak orang Kristen melaksanakan ibadah hanya karena mereka dari keturunan orang Kristen. Ayah dan ibunya adalah orang Kristen. Sebagaimana Yakub kita tahu sebagai anak Ishak, keturunan Abraham yang diberkati bahkan merupakan nenek-moyang dari bangsa Israel yang terkenal, sebagai umat pilihan Tuhan. Ibadah semacam ini hanyalah sebuah kebiasaan atau rutinitas saja tanpa mengalami kelahiran baru. Mungkin ibadah itu dilakukan dengan setia sebagaimana perempuan Samaria itu setiap hari datang ke sumur Yakub, tetapi tidak pernah mendapat kepuasan. Itulah sebabnya Tuhan mengatakan bahwa jika ia minum air dari sumur Yakub, ia akan haus lagi.

Apakah hal seperti ini yang sekarang terjadi dalam kehidupan kita? Kita sudah melakukan ibadah dengan setia, namun hanya karena rutinitas saja sehingga kita tidak pernah merasakan kepuasan dalam ibadah kita. Karena tidak mendapat kepuasan, akhirnya kita berusaha mencari kepuasan sendiri dengan hidup menuruti hawa nafsu daging seperti yang dilakukan perempuan Samaria ini. Dia sudah memiliki lima suami yang tidak sah bahkan yang keenam pun demikian.

Kepuasan sejati tidak akan pernah kita dapatkan di dunia ini. Semakin kita mencari kepuasan dari dunia ini, semakin kita akan haus lagi. Kepuasan yang sejati hanya dapat kita peroleh jika kita mau beribadah dan datang kepada Tuhan serta menerima air kehidupan. Ibadah yang kita lakukan bukan hanya sekadar tradisi keturunan atau kebiasaan saja. Kita harus mau mengambil dan menerima air kehidupan. Dalam Yohanes 4:14 disebutkan bahwa air kehidupan Tuhan berikan dengan cuma-cuma, bahkan itu akan menjadi mata air di dalam kehidupan kita yang terus menerus memancar sehingga kita tidak merasa haus lagi sampai kita mendapatkan kehidupan yang kekal.

Selanjutnya jika kita memperhatikan percakapan antara Yesus dengan perempuan Samaria dalam Yohanes 4:15-18, perempuan Samaria ini tertarik dan meminta supaya Tuhan memberikan air hidup itu. Tuhan Yesus mau memberikan air hidup itu namun dengan syarat perempuan ini harus lebih dulu mengalami proses kelahiran baru. Sebagaimana sudah disebutkan di atas bahwa perempuan ini hidup dalam perzinahan dengan keenam suami yang tidak sah. Tuhan Yesus mengatakan: "Pergilah, panggillah suamimu dan datang ke sini.” Kalimat ini ditujukan kepada perempuan Samaria untuk menyatakan dosa dan kesalahannya. Dia harus lebih dulu mau mengakuinya.

Demikian juga dengan kita sekarang, jika kita mau menerima air hidup, maka kita harus mau mengakui segala dosa dan kesalahan kita lebih dulu. Firman Tuhan yang kita terima, seringkali menegor dan menyatakan dosa dan kesalahan kita. Bagaimanakah sikap kita dalam menanggapinya? Seharusnyalah kita mau mengakuinya dan memohon ampun kepada Tuhan. Jangan kita menutupi dosa dan kesalahan kita seperti yang dilakukan oleh perempuan Samaria ini dengan mengatakan "aku tidak mempunyai suami.” Sebab Tuhan mengetahui keadaan kita yang sebenarnya.

Kita patut bersyukur kepada Tuhan, sekalipun Tuhan mengetahui segala dosa dan kesalahan kita, Tuhan tidak segera menghukum namun memberikan kasih karunia-Nya dengan memberi kesempatan untuk mengakui dan bertobat. Demikian juga yang terjadi pada perempuan Samaria ini, Tuhan mengatakan: "Tepat katamu, bahwa engkau tidak mempunyai suami, sebab engkau telah mempunyai lima suami dan yang ada sekarang padamu, bukanlah suamimu. Dalam hal ini engkau berkata benar.”

Mungkin kita sekarang tidak hidup dalam dosa perzinahan seperti yang dilakukan perempuan Samaria ini. Namun koreksi Tuhan bagi kita dalam Kolose 3:5 disebutkan: "Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala.” Cara hidup seperti ini harus dimatikan atau dengan kata lain jangan hidup dalam dosa lagi. Orang yang hidup dalam perbuatan-perbuatan duniawi seperti ini tidak dapat menerima air kehidupan.

Kita harus mengalami kelahiran baru sehingga kita berbahagia. Dalam Yesaya 12:1-6 disebutkan: "... maka kamu akan menimba air dengan kegirangan dari mata air keselamatan ...” Dengan penuh sukacita kita akan menimba air hidup bukan lagi di sumur Yakub. Kita beribadah pada Tuhan dan mendapatkan kepuasan. Kita bersukacita karena murka Tuhan yang seharusnya menimpa karena segala dosa-dosa kita telah surut, sebaliknya Tuhan mau mengampuni dan menghibur kita. Karena segala kasih karunia Tuhan ini, selayaknyalah kita bersyukur dan bermazmur memuliakan Tuhan, serta bersaksi kepada orang lain sebagaimana perempuan Samaria itu pun bersaksi kepada orang-orang sekampungnya. Ia sudah menerima kepuasan dari air hidup yang Tuhan berikan dan ia mau membaginya kepada yang lain, sehingga orang-orang sekampungnya juga mendapat kesempatan bisa menimba air hidup.

Sebagai mempelai perempuan Tuhan kita juga harus bersaksi kepada yang lain. Dalam Wahyu 22:17 dikatakan bahwa Roh dan pengantin perempuan berseru "marilah” dan barangsiapa yang mendengar hendaknya juga berseru "marilah” untuk mengambil air kehidupan dengan cuma-cuma.

Selanjutnya dalam Yesaya 12:6 disebutkan bahwa yang mengalami sukacita dan sorak-sorai adalah penduduk Sion. Penduduk Sion menunjukkan setiap orang yang telah mengalami kelahiran baru sehingga layak mendapat air hidup yang memberikan sukacita dan kegirangan sebab ada jaminan keselamatan seperti tertulis dalam Yesaya 25:9-12.

Sebagai kebalikan dari Sion adalah Moab. Yang terjadi pada Moab adalah diinjak-injak, ditumbangkan, dicampakkan ke tanah dan debu. Artinya, tidak ada keselamatan. Moab, jika kita lihat di Kejadian 19:36-38 adalah berasal dari keturunan Lot. Moab adalah anak hasil kejatuhan dalam dosa Lot dengan putrinya sendiri. Ini adalah gambaran orang yang tidak mengalami kelahiran baru dan tidak mau bertobat. Bahkan dalam Nehemia 13:1-2 dituliskan bahwa orang-orang Moab dilarang menyatu dengan bangsa Israel dan tidak boleh beribadah bersama-sama bangsa Israel, sebab mereka tidak mau melayani bangsa Israel saat dalam perjalanan. Malah Moab mengupah Bileam untuk mengutuki bangsa Israel. Namun usaha Moab tidak berhasil sebab bangsa Israel adalah bangsa yang diberkati Tuhan. Segala kutuk akan berubah menjadi berkat. Justru kutuk yang ditujukan kepada bangsa Israel berbalik menimpa Moab sendiri.

Dari Firman Tuhan ini, kita diajar untuk mau mengakui kesalahan kita dan bertobat sehingga mengalami kelahiran baru. Sehingga kita mendapatkan jaminan keselamatan dari air hidup yang Tuhan berikan. Dalam Yesaya 25:6-8 dituliskan suasana keselamatan dari Tuhan itu berupa tidak ada lagi maut untuk seterusnya, segala air mata dihapus dan segala aib dijauhkan. Sebagai gantinya, hidup kita dipenuhi suasana pesta, yaitu suasana sukacita mempelai. Amin. mr
 




Post a comment