Berfirmanlah
Allah kepada Nuh: "Aku telah memutuskan untuk mengakhiri hidup segala
makhluk, sebab bumi telah penuh dengan kekerasan oleh mereka, jadi Aku akan
memusnahkan mereka bersama-sama dengan bumi.” Kejadian 6:13
Sebelum Tuhan mendatangkan air bah ke atas seluruh bumi pada
zaman Nuh, Tuhan lebih dahulu berfirman kepada Nuh. Tuhan memberitahukan hal
ini kepada Nuh bukan kepada anak-anak Allah lain yang hidup rusak bersama
anak-anak manusia. Memang Tuhan tidak akan berbuat sesuatu tanpa sebelumnya
menyatakan kepada hamba-hamba-Nya. Sebagaimana dikatakan dalam Amos 3:7, "Sungguh,
Tuhan ALLAH tidak berbuat sesuatu tanpa menyatakan keputusan-Nya kepada
hamba-hamba-Nya, para nabi.”
Sebelum air bah itu melanda bumi, Tuhan lebih dahulu
memerintahkan Nuh untuk membuat bahtera, lengkap dengan bentuk dan ukurannya.
Nuh tidak berbantah atau mencari alasan bahwa dia belum pernah mengetahui
tentang bahtera dan tidak mampu membuatnya. Sebaliknya Nuh melakukannya tepat
seperti yang diperintahkan Allah. Ditulis dalam Kejadian 6:14-16, 22, "Buatlah bagimu sebuah
bahtera dari kayu gofir; bahtera itu harus kaubuat berpetak-petak dan harus
kaututup dengan pakal dari luar dan dari dalam. Beginilah engkau harus membuat
bahtera itu: tiga ratus hasta panjangnya, lima puluh hasta lebarnya dan tiga
puluh hasta tingginya. Buatlah atap pada bahtera itu dan selesaikanlah bahtera
itu sampai sehasta dari atas, dan pasanglah pintunya pada lambungnya; buatlah
bahtera itu bertingkat bawah, tengah dan atas. … Lalu Nuh melakukan semuanya
itu; tepat seperti yang diperintahkan Allah kepadanya, demikianlah
dilakukannya.”
Tuhan
memerintahkan Nuh membuat bahtera tiga tingkat, dengan ukuran tinggi 30 hasta,
panjang 300 hasta dan lebar 50 hasta. Bahtera Nuh dapat dikatakan bahtera
keselamatan, karena semua yang ada di dalam bahtera itu selamat dari air bah.
Tentang angka 30 hasta dari tinggi bahtera, jika kita hubungkan dengan kisah
Yudas yang sudah mengkhianati Yesus dengan menjual-Nya dengan harga tiga puluh
uang perak. Ini artinya kita yang sudah merasakan berkat bahkan keselamatan
dari Tuhan, janganlah kita justru seperti pengkhianat yang menjual Yesus. Kita
tidak menghargai keselamatan yang sudah Tuhan berikan, dan itu dapat dilihat
dengan tidak menghargai kesempatan ibadah, tetapi sebaliknya malah sibuk dengan
urusan diri sendiri. Bermula dengan Yesus dijual dengan tiga puluh uang perak,
Dia menderita, disesah, memikul salib bahkan sampai mati di kayu salib. Tuhan
sudah demikian mengasihi kita sampai menyerahkan nyawa-Nya dengan menanggung
kutuk yang seharusnya menimpa kita. Janganlah kita menjadi pengkhianat tetapi
sebaliknya kita juga mau mengasihi Tuhan dengan sepenuh hati kita. Sehingga
kita tidak hidup dibayangi kutuk lagi, tetapi hidup dalam berkat Tuhan.
Tentang
angka tiga ratus dari panjang bahtera, jika kita hubungkan dengan harga minyak
narwastu murni yang mahal harganya seharga tiga ratus dinar. Dapat kita baca
kisahnya dalam Markus 14:3-9, "Ketika Yesus berada di Betania, di rumah Simon
si kusta, dan sedang duduk makan, datanglah seorang perempuan membawa suatu
buli-buli pualam berisi minyak narwastu murni yang mahal harganya. Setelah
dipecahkannya leher buli-buli itu, dicurahkannya minyak itu ke atas kepala
Yesus. Ada orang yang menjadi gusar dan berkata seorang kepada yang lain:
"Untuk apa pemborosan minyak narwastu ini? Sebab minyak ini dapat dijual
tiga ratus dinar lebih dan uangnya dapat diberikan kepada orang-orang
miskin." Lalu mereka memarahi perempuan itu. Tetapi Yesus berkata:
"Biarkanlah dia. Mengapa kamu menyusahkan dia? Ia telah melakukan suatu
perbuatan yang baik pada-Ku. Karena orang-orang miskin selalu ada padamu, dan
kamu dapat menolong mereka, bilamana kamu menghendakinya, tetapi Aku tidak akan
selalu bersama-sama kamu. Ia telah melakukan apa yang dapat dilakukannya.
Tubuh-Ku telah diminyakinya sebagai persiapan untuk penguburan-Ku. Aku berkata
kepadamu: Sesungguhnya di mana saja Injil diberitakan di seluruh dunia, apa
yang dilakukannya ini akan disebut juga untuk mengingat dia." Ada orang
yang menjadi marah dan menganggapnya sebagai pemborosan. Namun sebaliknya
justru Yesus memuji perempuan yang sudah meminyaki Yesus dengan minyak narwastu
dengan berkata: "Tubuh-Ku telah diminyakinya sebagai persiapan untuk
penguburan-Ku.”
Sedangkan
perempuan-perempuan yang datang ke kubur Yesus untuk meminyaki tubuh Yesus
sudah terlambat, mereka tidak mendapat kesempatan untuk meminyaki tubuh Yesus,
karena Yesus sudah bangkit dan hidup. Tertulis dalam Markus 16:1-2, "Setelah
lewat hari Sabat, Maria Magdalena dan Maria ibu Yakobus, serta Salome membeli
rempah-rempah untuk pergi ke kubur dan meminyaki Yesus. Dan pagi-pagi benar
pada hari pertama minggu itu, setelah matahari terbit, pergilah mereka ke
kubur.”
Tentang
angka lima puluh hasta dari lebar bahtera, kita diingatkan dengan hari raya
Pentakosta, hari kelima puluh setelah Yesus naik ke sorga. Pada hari raya
Pentakosta Tuhan mencurahkan Roh Kudus kepada setiap orang percaya. Ditulis
dalam Kisah Para Rasul 2:1-4, 32-33, "Ketika tiba hari Pentakosta, semua orang
percaya berkumpul di satu tempat. Tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi
seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk;
dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan
hinggap pada mereka masing-masing. Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu
mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh
Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya. … Yesus inilah yang dibangkitkan
Allah, dan tentang hal itu kami semua adalah saksi. Dan sesudah Ia ditinggikan
oleh tangan kanan Allah dan menerima Roh Kudus yang dijanjikan itu, maka
dicurahkan-Nya apa yang kamu lihat dan dengar di sini.”
Yesus
yang sudah mati dan dikuburkan, Dia juga telah dibangkitkan dan hidup bahkan
naik ke Sorga, duduk di sebelah kanan Bapa di Sorga serta mencurahkan Roh Kudus
bagi kita. Dapat disimpulkan bahwa bahtera Nuh menunjuk kepada Yesus dalam
tanda kematian, kebangkitan dan kemuliaan.
Masuk
dalam bahtera Nuh juga memberikan pengertian kepada kita menjadi satu dengan
Yesus dalam tanda kematian dan kebangkitan. Dan kita akan menerima kemuliaan
karena kita sudah mengalami hidup yang baru di dalam Yesus. Karena tidak ada
kemuliaan dalam hidup yang lama, hidup di dalam dosa. Dapat kita baca dalam Roma
6:4-5, "Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh
baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari
antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam
hidup yang baru. Sebab jika kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan
kematian-Nya, kita juga akan menjadi satu dengan apa yang sama dengan
kebangkitan-Nya.”
Marilah
kita mau hidup menyatu dengan Yesus, dalam tanda kematian dan kebangkitan
sehingga kita pasti diselamatkan. Menyatu dengan Yesus berarti Yesus ada di
dalam hidup kita. Kita akan mendapatkan kekuatan yang melimpah-limpah sekalipun
diri kita penuh dengan segala kelemahan. Sekalipun ditindas, terjepit, habis
akal, namun kita tidak putus asa, tidak pernah sendirian bahkan sekalipun
dihempaskan kita tidak binasa karena Yesus ada pada tubuh kita yang fana. Surat
2 Korintus 4:7-11 menuliskan, Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah
liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah,
bukan dari diri kami. Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit;
kami habis akal, namun tidak putus asa; kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan
sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa. Kami senantiasa membawa
kematian Yesus di dalam tubuh kami, supaya kehidupan Yesus juga menjadi nyata
di dalam tubuh kami. Sebab kami, yang masih hidup ini, terus-menerus diserahkan
kepada maut karena Yesus, supaya juga hidup Yesus menjadi nyata di dalam tubuh
kami yang fana ini.” Haleluya!