PAPMA "KASIH"
Perkumpulan Pengajaran Mempelai Alkitabiah "Kasih"
Register    
slide1
slide2
slide3

Mar
5

Kasih Mula-Mula

Kasih Mula-Mula
Uncategorized
"Oleh Dialah kamu percaya kepada Allah, yang telah membangkitkan Dia dari antara orang mati dan yang telah memuliakan-Nya, sehingga imanmu dan pengharapanmu tertuju kepada Allah. Karena kamu telah menyucikan dirimu oleh ketaatan kepada kebenaran, sehingga kamu dapat mengamalkan kasih persaudaraan yang tulus ikhlas, hendaklah kamu bersungguh-sungguh saling mengasihi dengan segenap hatimu. Karena kamu telah dilahirkan kembali bukan dari benih yang fana, tetapi dari benih yang tidak fana, oleh firman Allah, yang hidup dan yang kekal.” 1 Petrus 1:21-23

Karena Yesus sudah mati dan dibangkitkan maka kita dapat mempunyai iman dan pengharapan kepada Allah. Namun demikian, kita tidak cukup hanya memiliki iman dan pengharapan kepada Allah, tetapi kita harus menyucikan diri oleh ketaatan kepada kebenaran. Kebenaran yang dimaksud di sini adalah Firman Tuhan. Karena Firman Tuhan adalah kebenaran seperti ditulis dalam Yohanes 17:17, "Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firman-Mu adalah kebenaran.” Juga diperkuat dalam Efesus 5:25-26, "Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman” Kita yang sudah disucikan karena mau taat kepada kebenaran, kita dapat mengamalkan kasih persaudaraan dan tulus ikhlas dan segenap hati. 

Kasih harus kita pertahankan dalam hati kita sehingga kasih itu tidak pudar dan hilang. Dari ketiga hal, iman, pengharapan dan kasih, yang paling besar adalah kasih. Karena iman dan pengharapan sudah tidak diperlukan jika apa yang kita imani dan kita harapkan sudah kita lihat. Namun kasih harus tetap ada, baik yang kita kasihi kita lihat ataupun tidak, kita tetap mengasihi. Surat 1 Korintus 13:13 mengatakan, "Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih.”

Jika kita sekarang sudah kehilangan kasih atau sudah meninggalkan kasih mula-mula, itu merupakan kejatuhan yang dalam. Namun sekalipun kita sudah jatuh karena meninggalkan kasih mula-mula, Tuhan masih mengasihi kita dengan Dia memberi kesempatan kita bertobat dan kembali melakukan seperti semula yang kita lakukan. Wahyu 2:1-5, "Tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Efesus: Inilah firman dari Dia, yang memegang ketujuh bintang itu di tangan kanan-Nya dan berjalan di antara ketujuh kaki dian emas itu. Aku tahu segala pekerjaanmu: baik jerih payahmu maupun ketekunanmu. Aku tahu, bahwa engkau tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat, bahwa engkau telah mencobai mereka yang menyebut dirinya rasul, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, bahwa engkau telah mendapati mereka pendusta. Dan engkau tetap sabar dan menderita oleh karena nama-Ku; dan engkau tidak mengenal lelah. Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula.  Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat."

Jika kita tidak memiliki kasih dan hidup dalam kebencian maka kita tinggal di dalam maut, tetapi jika kita hidup dalam kasih, kita sudah berpindah dari dalam maut kepada hidup kekal. Sebagaimana dapat kita baca dalam 1 Yohanes 3:11-15, "Sebab inilah berita yang telah kamu dengar dari mulanya, yaitu bahwa kita harus saling mengasihi; bukan seperti Kain, yang berasal dari si jahat dan yang membunuh adiknya. Dan apakah sebabnya ia membunuhnya? Sebab segala perbuatannya jahat dan perbuatan adiknya benar. Janganlah kamu heran, saudara-saudara, apabila dunia membenci kamu. Kita tahu, bahwa kita sudah berpindah dari dalam maut ke dalam hidup, yaitu karena kita mengasihi saudara kita. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tetap di dalam maut. Setiap orang yang membenci saudaranya, adalah seorang pembunuh manusia. Dan kamu tahu, bahwa tidak ada seorang pembunuh yang tetap memiliki hidup yang kekal di dalam dirinya.”

Jadi, iman dan pengharapan memang kita perlukan. Tetapi iman dan pengharapan itu sudah tidak kita perlukan lagi jika apa yang kita imani dan kita harapkan sudah kita lihat. Namun yang terbesar adalah kasih. Kasih harus tetap ada dalam hidup kita. Karena jika kita hidup di dalam kasih, kasih kepada Tuhan dan kasih persaudaraan, maka kita sudah berpindah dari dalam maut kepada hidup. Haleluya!



Post a comment